"Emansipasi Keliru", membuat Lelaki cemburu

Wah hari, ini udara terasa panas banget, padahal keknya di luar mendung je. Mm ada dikit waktu luang mending diisi dengan menuangkan informasi subjektif ke lembaran-lembaran kertas dunia maya.

Mm.. Pernah suatu hari saya ngobrol bareng teman, keknya baru beberapa bulan lalu kali yak. Obrolan kita macam-macam. Ya biasalah, namanya juga obrolan ngalor-ngidul apa yang terlintas di otak ya itu yang keluar n' dibahas. Oiya, kebetulan saat itu bertepatan dengan hari kartini. Jadi ya kita (makhluk yang mewakili kaum lelaki) nyangkut ajeh langsung ngebahas masalah kartini.

"Wah mas, kemaren aku baca-baca di Swaramuslim.net, tentang sejarah kartini." Ujarku membuka percakapan. Nama teman saya Eka, cuman saya panggil di mas Eka. Ya soale umur kita jaraknya sekitar 10 tahunan. "Tentang apa mif?" Tanya dia balik. "Itu mas, kalo kita sering dengar-dengar tentang ide Kartini sehingga mencetuskan emansipasi buat wanita tuw mas." Jelasku berhenti sebentar, kemudian meneruskan lagi. "Kan habis gelap terbitlah terang" jelasku lagi. Mas Eka menganggukan kepalanya. "Trus?" Tanya dia. "Ternyata setelah aku baca-baca, oh iya...kan teks asli dari kata-kata Kartini itu berbahasa Belanda kalo ga salah yak?" Tanyaku. Mas Eka mengangguk. "Nah ternyata penerjemahan dari Belanda ke Indonesia itu salah. Jadi yang tadinya 'habis gelap terbitlah terang' ternyata terjemahan aslinya adalah 'dari kegelapan menuju cahaya'.." Mas Eka mengangguk-angguk. "Dan kalo mas Eka baca, ternyata sejarahnya itu kartini sedang giat-giatnya membaca al-Quran. Dimana pada saat itu dia terpesona dengan firman Allah swt. Yang berbunyi "Allahu waliyyu lladziina aamanuu... yukhrijuhum min adz-dzulumaati ila an-nuur...".

Mas Eka diem sebentar kemudian mengomentari apa yang saya uraikan. "Oo.. Jadi gitu?" Tanya mas Eka. Saya mengangguk. "Iya mif, saya juga yakin kalo bayangan Kartini saat dia mencetuskan ide yang oleh kaum wanita sekarang disebut sebagai "Emansipasi" itu ga seperti yang digembar-gemborkan oleh kaum perempuan saat ini." Jelas mas Eka. "Kalo menurut saya yang dituntut oleh Kartini saat itu adalah, agar hak pendidikan untuk kaum wanita pada zaman itu disamaratakan dengan hak pendidikan seperti pria." Sambungnya. "Di mana memang mungkin saat itu wanita tidak mendapatkan pendidikan yang layak sebagaimana pria. Bisa jadi maksud Kartini saat itu adalah untuk membentuk karakter wanita Indonesia yang mampu menjadi pendidik bagi anak-anaknya. Mampu menjadi Madrasah pertama bagi anak-anaknya. sehingga kelak anak-anak yang dilahirkan di Indonesia ini mendapat pendidikan yang layak, baik pendidikan secara agama maupun ilmu pengetahuan umum. dari seorang ibu yang terdidik." Mas Eka diem sebentar. Saya coba mencerna apa yang baru saja dijelaskan olehnya. "Benar juga mas ya?" Ujar saya. "Iya mif, bisa jadi maksud Kartini itu ya seperti yang saya uraikan di atas. Wanita harus menuntut haknya untuk mendapatkan pendidikan, tapi hasil dari pendidikan yang didapat itu dimanifestasikan dengan mendidik generasi yang dilahirkan oleh wanita itu sendiri. Dengan kata lain. Wanita tidak melupakan kodratnya sebagai "Madrasah Awal" bagi putra-putrinya. Ga seperti wanita saat ini, yang hanya karena mengejar karir, sehingga lupa untuk memberi perhatian pada anak di rumah. Seolah anaknya ya anak si baby sitter." Jelas mas Eka menggebu-gebu. Saya mengangguk, tanda paham.

Agak lama kami berdua terdiam sambil menatap televisi di depan kami. Tapi saya yakin 'Our Mind' saat itu ga lagi mencerna apa yang ada di tv. Tapi pasti lagi melanglang buana entah kemana. Hehehe.

"Oh iya mas, aku juga pernah buka sebuah blog, entah punya siapa lupa. Di dalam blog itu dibahas tentang emansipasi juga. Yang jelas apa yang dibahas di postingan blog tersebut sedikit menggelitik pikiranku." Ujar saya. "Emang tentang apa mif?" Tanya mas Eka. "Anu mas, itu lho. Kan saat ini, alasannya karena perkembangan zaman. Maka wanita saat ini pun saling berpacu dengan lelaki untuk mendapatkan pekerjaan. Bahkan tidak jarang kaum wanita di banyak lapangan kerja. Mayoritas menduduki posisi yang seharusnya diduduki oleh kaum lelaki." Mas Eka terlihat fokus mendengarkan apa yang saya uraikan. "Nah lucunya, di blog ini yang dipermasalahkan bukan yang itu, tapi lebih ke masalah agama. Gini lho mas, kan kita tahu sendiri tentang posisi dan tanggung jawab seorang lelaki/suami dalam rumah tangga. Yaitu memberi nafkah buat istri dan anak-anaknya. Bahkan ga jarang ada ungkapan 'harta suami adalah harta bersama, harta istri harta pribadi'..." Saya berhenti sebentar kemudian menyambung penjelasan saya lagi. "Nah yang bikin otakku sedikit muter, adalah kesimpulan dari si penulis pada akhir postingannya yang aku ga hapal banget, tapi kira-kira bunyinya seperti ini. 'Jika memang zaman sudah menuntut wanita untuk bekerja. Dan atas kegigihan wanita itu sendiri sehingga ia menduduki posisi yang seharusnya diduduki oleh pria. Maka akan terjadi fenomena di mana lelaki sulit mendapat pekerjaan, dengan kata lain akan ada banyak kaum lelaki menganggur. Ini berarti menyulitkan posisi lelaki dalam mencari rezeki. Rezeki untuk membiayai orang-orang yang ada di belakang sang lelaki, yaitu orang-orang yang berada di bawah tanggungan lelaki sebagai suami, yaitu istri dan anak-anaknya'..." Sampai di situ saya menyudahi penjelasan saya. Mas Eka diem sebentar, seolah sedang memikirkan sesuatu. Namun tiba-tiba dia berkomentar. "Benar juga tuw isi blognya mif.." Komentar mas Eka, aku mengiyakan. Kamipun kembali terdiam, masing - masing kami kembali mengarahkan pandangan ke televisi.

"Tapi tergantung kaum lelakinya sih mif." Tiba-tiba mas Eka bicara. "Maksud mas Eka?" Tanyaku. "Ya maksud saya, masalah rezeki apa ngganya. Kita kan dah yakin bahwa pasti ada yang ngatur. Masalahnya gini jika seandainya pria ga dapat lapangan kerja karena wanita. Ya kurang tepat juga sih, masalah lapangan kerja itu kan tergantung prianya kreatif apa ngga? Jika memang prianya emang kreatif, toh ga keterima jadi karyawan bisa menjadi wiraswasta. Istilah lainnya ya membuka lapangan kerja sendiri. Ya ngga?" Tanya mas Eka, saya mengangguk. "Iya juga sih" fikir saya saat itu.


"Tapi ini mif, yang paling saya enek kalo ada wanita pendukung kesetaraan gender. Mereka fikir sekarang zaman reformasi, segala opini bisa diungkapkan. Yang paling bikin saya enek tu. Mereka menginginkan kesetaraan gender di segala bidang." Jelas mas Eka. Terlihat wajahnya sedikit serius. "Sampai suatu hari saya pernah naik bis kopaja. Ya saat itu keadaan bis lagi penuh, ga ada tempat duduk yang tersisa." Ujar mas Eka. "Saat itu saya duduk di kursi depan yang pas di dekat pintu keluar. Nah trus ga lama berselang, masuk dua orang penumpang cowok - cewek. Mungkin mereka berpacaran lah." Mas Eka diem sebentar kemudian lanjut lagi. "Nah karna ga ada tempat duduk, kan akhirnya mereka berdiri. Saya perhatikan tuw si cowok ngelihati saya terus, kebetulan mereka berdiri pas di samping saya. Tiba-tiba si cowok nyolek saya kemudian ngomong. 'Mas tolong dong bangkunya dipinjamin ke dia.' Kata cowok itu sambil menunjuk ceweknya ke saya. Ceweknya juga ngelihatin saya." Terang mas Eka. Saya asik fokus dengar cerita mas Eka. "Mau tau saya jawab apa mif?" Tanya mas Eka, "mas eka jawab apa?" Tanya saya balik ingin tahu. "Saya jawab santai saja ke dia, Lho mas tahu kan sekarang zaman reformasi? Wanita menyerukan emansipasi di segala bidang...lho kalo memang mau setara, seharusnya siap menerima segala resikonya. Lelaki biasa hidup keras, ya wanita juga harus merasakannya. Jelas saya ke cowok itu mif.." Terang mas Eka. "Trus? Cowok itu gimana mas?" Tanyaku. "Ya dia jawab, tapi kan mas, kasihan dia cewek...? Lho? justru itu, kalo memang dia mau setara dengan pria, ya harus siap menggantikan posisi pria dong..? Saya jawab santai mif...trus saya lanjutin lagi...Mas saya dulu tuw begitu hormat sama wanita karena kelemah-lembutannya...tapi sekarang hormat dan empati saya berkurang setelah ada gerakan persamaan gender yang diusung oleh sebagian wanita... dengan kata lain mereka merasa sama kuat dengan kaum pria... mereka ga pernah memikirkan perbedaan yang ada...ya sekarang terserah mereka, kalo memang merasa bisa menyamai pria ya monggo tapi yang pasti saya yakin banyak pria yang berubah dari empati menjadi sinis melihat kesombongan wanita yang merasa sama dengan pria saat ini... hehehe, saya ngomong gitu mif ke cowok itu, saya peratiin cowok ma cewek itu mukanya cemberut.. hehehe." Jelas mas Eka sambil ngekeh. "Wah masa sih mas?" Tanyaku ga percaya. "Iya mif bener, mana saat itu kan bis lagi penuh, jadi banyak yang dengerin saya waktu itu.." Terang mas Eka. "Weks, busyet deh, mas Eka berani juga yak?" Lanjutku lagi, "ya iya, ngapain mesti malu." Tiba-tiba di luar mulai hujan rintik-rintik. Saya segera bergegas berlari keluar mengambil pakaian yang saya jemur dari pagi.

Obrolan kami di atas, lumayan berat. Tapi ya dibahas dengan ringan. Hehehe, mohon maaf jika ada pihak-pihak yang merasa terganggu, terus terang postingan ini hanya sebuah wacana pemikiran wong ndeso.... yang ga bisa lepas dari kesalahan. Jadi kalo ada kesalahan kata, mohon dimaafkan banget. yah.. lumayan isi-isi waktu sambil lebih mengkreatifkan otak dalam berfikir, lagipula melatih jari-jemari menari luwes di atas keyboard.. thengs e lots for Allah.

Saya tutup postingan ini dengan menulis 'Alhamdulillaahi Robbil Aalamiin'
Share:

0 Komentar: