Air Kran Yang Terbuang


Pernah saat saya sedang berwudhu terlintas di benak saya pemikiran iseng. "Qodarullah, air yang keluar dari kran ini tidak semuanya mampu menyentuh dan mensucikan anggota wudhu ku. Tidak semuanya air ini terpilih untuk mensucikan mereka. Sebagian ada yang terpakai untuk membasuh wajahku, ada yang kebagian membersihkan rongga mulutku, ada pula yang terbuang begitu saja ke bawah dan bercampur dengan air selokan lainnya."
.

Dari air wudhu itu sayapun mencoba mengambil analogi, betapa kehidupan ini sudah begitu terstruktur dengan sempurna. Sistem sunnatullah yang sudah ada dengan sendirinya mengelompokkan jiwa-jiwa di dunia ini. Sehingga secara otomatis hati seseorang akan terkelompok sesuai dengan lebih condong kemanakah dia. Apakah lebih condong kepada kebenaran atau malah sebaliknya.
.
Jiwa yang condong pada kebenaran akan berkelompok dengan jiwa yang sama-sama condong pada kebenaran. Begitupun dengan jiwa yang condong pada kesesatan akan terkelompok dengan sendirinya. Dua-duanya menurut perspektif Islam menyandang status yang jelas yakni benar dan sesat. Istilah bekennya Muslim dan Kafir.
.
Nah, Adapula sekelompok jiwa yang remang-remang. Kelompok ini yang rada sulit ditebak, ibarat wanita dalam kondisi menstruasi, mereka senantiasa berubah-ubah dan terombang-ambing dalam ketidakjelasan status. Bimbang antara kebenaran ataukah kesesatan yang hendak mereka ikuti? Inilah jiwa orang munafik. Terkadang mereka bangga dengan keislaman nya. Namun, tak jarang di hari lain mereka bangga mengolok-olok agamanya sendiri.
.
Begitulah jiwa orang munafik, ibarat waria. Mau dibilang cowok tapi mereka lebih endhaa..ang dari pada cewek. Mau dibilang cewek tapi ototnya pada Benjol macam bantal guling. Serba salah kan jadinya? Menurut pendapat pribadi saya, jiwa-jiwa kaum munafik itu ibarat bencong-bencong agama. Itu sudah
.
Tapi, ya begitulah... Ibarat air wudhu tadi, sudah sunnatullah memang semua kelompok jiwa tersebut harus turut mengisi kehidupan di dunia ini. Baik yang Muslim, munafik maupun yang kafir. Hanya saja beda dengan air kran, kita sebagai manusia diberi kemampuan oleh Allah untuk memilih mau menjadi apa. Mau jadi seorang Muslim? Kafir? Ataukah bencong? Eh.. maksute munafik? Tentu saja, setiap pilihan memiliki konsekwensi nya masing-masing. yah, intinya segala sesuatunya kembali ke jiwa kita pribadi ya sob...
.
Oiya, berbagai peristiwa yang melanda kaum muslimin sejak kemarin dan beberapa bulan sebelumnya tampak menjadi semacam ruqyah lho...Bisa dibilang jin-jin bencong yang selama ini berbaur dengan komunitas Muslim pada kepanasan dan tanpa ragu-ragu memperlihatkan semua Batang hidungnya. Beneran lho.. kelihatan dari opini-opini nya... Tapi tenang aja sob, selama nyawa belum lepas dari raga, para bencong-bencong agama tersebut masih memiliki kesempatan kok buat kembali.. yaqin lah sung.. masih bisa balik maning
.
Share:

0 Komentar: